Cara Menulis Dokumen BRD, FSD, dan User Story
Digital Skills
20 menit
Level 2
20 XP
Ini bagian yang krusial banget buat seorang Business Analyst. Karena, dokumen-dokumen ini adalah “jembatan” antara kebutuhan bisnis dengan tim pengembang. Kalau dokumennya jelas dan lengkap, proses development bakal lancar dan risiko salah paham bisa diminimalkan
Apa itu BRD, FSD, dan User Story?
- BRD
(Business Requirement Document): Dokumen yang menjelaskan apa yang dibutuhkan oleh bisnis
secara umum, fokus pada kebutuhan dan tujuan bisnis. Biasanya ditulis
dengan bahasa yang mudah dipahami stakeholder non-teknis.
- FSD
(Functional Specification Document): Dokumen yang lebih teknis, menjelaskan bagaimana
kebutuhan bisnis itu diimplementasikan dalam sistem. Biasanya untuk tim
developer dan tester.
- User
Story: Deskripsi
singkat tentang fitur dari sudut pandang user, biasanya dalam format
“Sebagai [role], saya ingin [fitur], supaya [manfaat]”. Dipakai di
metodologi Agile.
Menulis BRD, FSD, dan User Story yang Efektif
Struktur umum BRD:
- Latar
belakang dan tujuan proyek
- Lingkup
proyek (scope)
- Deskripsi
kebutuhan bisnis
- Stakeholder
terkait
- Asumsi
dan batasan
- Kriteria
keberhasilan
- Lampiran
(jika ada)
Tips:
Gunakan bahasa sederhana dan jelas. Hindari jargon teknis berlebihan. Sertakan
contoh dan ilustrasi jika perlu.
Contoh Kasus:
Misal kamu buat BRD untuk sistem pemesanan online. Jelaskan mengapa sistem ini
penting, siapa saja yang akan menggunakan, dan fitur utama yang harus ada
seperti registrasi user, proses checkout, dan tracking pesanan.
2. Membuat FSD yang Detail dan Terstruktur
FSD itu lebih detail dan teknis, fokus ke cara kerja sistem.
Isi penting dalam FSD:
- Ringkasan
fitur
- Alur
proses (flowchart/diagram)
- Detail
setiap fungsi dan aturan bisnis
- Validasi
dan error handling
- Integrasi
dengan sistem lain
- Data
input dan output
Contoh Kasus:
Misalnya di fitur checkout, jelaskan langkah-langkahnya mulai dari user pilih
produk, masukkan alamat, pilih metode pembayaran, hingga konfirmasi pembayaran.
Jangan lupa skenario error, misalnya jika kartu kredit ditolak.
3. Menulis User Story yang Jelas
Format sederhana:
“Sebagai [role], saya ingin [tujuan], supaya [manfaat].”
Contoh:
Sebagai pelanggan, saya ingin bisa menyimpan alamat pengiriman, supaya saya
tidak perlu mengisi ulang setiap kali beli barang.
Acceptance
Criteria:
Tulis juga kriteria yang harus dipenuhi supaya user story dianggap selesai.
- User
bisa menambah, mengedit, dan menghapus alamat.
- Alamat
yang disimpan muncul saat checkout.
- User
dapat memilih alamat utama.
4. Praktik Baik dalam Penulisan Dokumen
- Konsisten: Pakai format dan bahasa yang
konsisten di seluruh dokumen.
- Kolaborasi: Libatkan stakeholder sejak awal,
jangan buat dokumen sendirian.
- Review
berkala: Update
dokumen sesuai perubahan kebutuhan.
- Gunakan
visual: Diagram,
tabel, dan mockup bisa bantu memperjelas.